17 Desember 2022

Mencari Jawaban Nyata Apa itu Arti Lelah dengan Cara Bersepeda

Sepeda Gravel R2
“Hidup itu seperti naik sepeda, agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak" (Albert Einstein)

    Bersepeda dan keseimbangan, bisa jadi sebuah kesatuan. Agar kita tetap terus nyaman bersepeda  maka yang harus kita lakukan adalah dengan terus mengayuhnya. Tapi ada kalanya kita harus berhenti mengayuhnya untuk mendapatkan kecepatan seimbang yang kita inginkan.

    Kegiatan bersepeda sudah sejak lama dilakukan oleh manusia sebagai sebuah alat transportasi. Seiring berkembangnya zaman jenis sepeda pun mulai banyak dikembangkan. Aneka penyempurnaan terhadap sepeda ini terus dilakukan sampai sekarang. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah desain sepeda yang tepat dan nyaman kepada pemakainya. Ada yang nyaman dengan jenis gunung, sepeda santai, bahkan sepeda untuk perlombaan kecepatan, walaupun sekarang semua jenis sepeda sudah ada perlombaannya. 

    Sudah banyak penelitian yang menyebutkan keuntungan ketika kita melakukan aktivitas bersepeda. Mulai kesehatan jantung, mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, bahkan menjadikan mood selalu terjaga baik. Saat Covid-19 menyerang kita kemarin beberapa orang menjadikan bersepeda sebagai alternatif untuk selalu menjaga kesehatan. Penjualan sepeda pun mengalami peningkatan yang sangat signifikan bahkan konon katanya mereka kehabisan stok barang. 

        Kenapa Bersepeda? Ada yang bilang karena murah dan simple. Murah? hehehe,.... murah memang butuh penafsiran ulang, debatable. Karena ketika kita membeli sebuah barang ada fungsi dan nilai lebih dari unit barang tersebut yang ingin kita nikmati nilainya. Maka hal tersebut yang menjadi alasan pembenaran ketika kita menentukan pilihan mengapa barang tersebut kita beli. Halaah, nulis apa sih. Walau ada beberapa sepeda dari merk tertentu yang harganya memang fantastis. Ada yang bilang "mending beli mobil"

    Beberapa waktu lalu saat mengikuti acara gowes bareng, disela istirahat sebelum pembagian door prize kami sedikit ber-ghibah tentang hobi lari dan sepeda. Saya yang gak familiar sama barang dan harga hanya mengikuti alur pembicaraannya saja. Mahal mana biaya untuk hobi keduanya, semua kita menjadi juru taksir dari mulai harga sepatu, baju dan lain-lain untuk lari dan berapa harga dari sebuah frame sepeda sampai perlengkapan sepeda lainnya. Kita berbicara tentang fungsi tadi, ada nilai yang memang harus kita korbankan untuk mendapatkan semuanya. Walaupun tetap saja lutut dan jantung kita juga harus diperhitungkan nilainya di awal. Sepatu atau sepeda yang mahal pun tak akan memiliki nilai tanpa didukung oleh lutut dan jantung kita. Semua meng-amin-kan dengan senyum. Selesai sudah pembicaraan tadi dengan sebuah kesepakatan bahwa hanya yang punya lutut dan jantung kuat saja yang bisa menilainya apapun jenis dan harga alat yang kita miliki.

Tantangan Buat Diri Sendiri dengan Bersepeda Jauh    

       Lutut dan jantung keduanya memang menjadi dasar, apakah kita mampu lari atau bersepeda dengan nyaman, baik itu bersepeda untuk rekreasi mengisi waktu akhir pekan, maupun bersepeda sebagai kebutuhan profesional buat para atlet. Sepeda memang melelahkan tapi akan lebih melelahkan lagi jika kita mengikuti nafsu lainnya. Bukan hanya lutut, jantung yang lelah, tapi pikiran pun akan menjadi sangat lelah dibuatnya.

    Mengukur ketahanan diri sampai seberapa jauh kita mampu melakukannya menjadi tantangan tersendiri bagi saya yang seorang pemuja sepeda santai. Kenapa sepeda santai? Menafsir sendiri ketahanan lutut dan jantung saya, memang pilihannya hanya  mampu untuk bersepeda santai. Bersepeda santai dengan jarak yang jauh adalah sebuah tantangan pribadi bagi saya, sampai sejauh mana saya mampu untuk melakukannya. Bersepeda dengan jarak yang jauh hanya seorang diri, tentu penafsiran jauhnya saya beda yah dengan mereka yang sudah pro.

     Tantangan untuk melakukan bersepada jauh sendirian saya terima dengan banyak pertimbangan tentunya, lutut dan jantung tadi menjadi alasan apa saya mampu untuk melakukannya. Banyak persiapan yang saya lakukan, banyak menonton video di youtube sampai latihan sepeda tiap minggunya dengan jarak diatas 20 Km sebelum hari pembuktian. Kenapa latihannya menonton video, karena untuk bersepeda jauh tidak hanya fisik yang kita ukur tapi mencontoh pengalaman dari mereka-mereka juga adalah bagian dari proses.

        Pertengahan tahun ini tepatnya 24 Juli di Minggu pagi yang selow saya mencoba tantangan pribadi untuk bersepeda sejauh lebih 100 km sendirian. Dari Samarinda ke Balikpapan dengan jarak menurut aplikasi Strava kurang lebih sejauh 116,08 km, Moving Time 7:37;23 dan Avg Speed hanya 15,3 km/h. kenapa lama dibandingkan dengan mereka yang sudah terbiasa sepeda dengan jarak jauh. Jawabannya cuma satu karena saya memang selow. Santai, apa yang dikejar didunia ini. hehehe...

Peta Perjalanan Samarinda-Balikpapan Timur

    Sepanjang perjalanan saya terus bertanya pada diri sendiri. "apa saya mampu?" "untuk apa saya melakkukan ini, capek?" "gak kuat lagi,telepon orang rumah sajalah" "menyerah saja, kasian badan, semua sudah sakit" dan banyak lagi pertanyaan dan dialog imajiner selama perjalanan. Lelah yah berhenti sesaat, atur nafas dan fokus tujuan kembali. Karena ini adalah sebuah tantangan (konyol) pribadi. Lelah, tapi ini sangat bernilai bagi saya. Saya bersyukur telah mampu melakukannya, dan itu tidak ternilai harganya bagi saya. Tapi tantangan akan selalu datang kembali selama kita hidup di dunia.


"Sudahlah, Dunia aja ini" 

03 Desember 2022

Grand City Balikpapan Mewujudkan Impian Setiap Orang Untuk Memiliki Rumah di Balikpapan

Grand City Balikpapan
   

   "Experience Nature in Vibrant City"

   Kota Balikpapan sebagai kota modern di Kalimantan Timur sudah sejak lama menjadi candu bagi para pendatang untuk mengubah nasibnya. Penemuan sumber minyak bumi menjadi penanda awal bahwa kota ini akan terus berkembang kearah yang lebih maju.